Nak (Bag. 3)


Nak..
Apa kabarmu di sana? Semoga dirimu slalu dalam penjagaanNya.
Ketika ayah menulis ini, konon katanya bentuk wajahmu telah lengkap Nak. Dagu dan hidungmu yang mungil telah nyata ada, termasuk telinga dan kelopak mata. Jari-jari tangan dan kakimu yang mungil pun terpisah penuh sempurna. Luar biasa.

Oia Nak,hampir lupa ayah bercerita. Beberapa hari lalu ayah ibumu merasakan bahagia yang tak terkira, ketika pertama kali kami mendengar detak jantungmu Nak. Bu Bidan menempelkan sebuah alat di perut ibumu, mungkin tepat di punggung janinmu. Lalu keluarlah bunyi dari pengeras suara, jelas detak jantungmu yang berpadu samar dengan detak jantung ibumu. Sungguh tak terbayangkan pula seperti apa bahagianya kami nanti, ketika pertama kali mendengar tangis-teriakmu ramaikan bumi Allah ini.

Nak..
Ingatlah bahwa dirimu hanya bermula dari saripati tanah. Dia yang menjadikanmu segumpal darah, hingga tulang-belulangmu terbungkus daging dengan rapi seperti sekarang ini. Menjadi seperti apapun dewasa nanti, belajarlah seperti tanah yang kau pijak di bumi Allah ini. Rendah hati, selalu membumi dengan semua yang kau temui, atas semua yang kau miliki. Karena membumi pula dirimu nanti kembali.

Nak..
Ayah masih sangat ingin bercerita, tentang berbagai hal di penjuru bumi negerimu ini. Namun sepertinya tidak sekarang Nak, tidak disela istirahat kerja ayah siang ini. Cerita-cerita yang mungkin bisa membuatmu ingin bertandang, menjamahnya hingga lelahmu pun mengalah. Cerita tentang perjalanan yang enak dan lancar, bahkan perjalanan yang berat dan terjal. Tentunya agar dirimu dapat mengambil pelajaran.

Sedikit  berpesan Nak, bila dewasa nanti jalanmu terasa berat bahkan terjal, itu tandanya dirimu sedang mendaki naik. Dan bila jalanmu enak  bahkan lancar, berhati-hatilah kerena itu tandanya dirimu sedang menurun.
Semoga kita semua selalu bersemangat. :)


Ayah yang menantimu.

Leave a respond

Posting Komentar