67 Hari

67 Hari

Labels: Marriage

67 hari, usia pernikahan yang masih sangat muda. Bahkan jenis jagung apa pun belum ada yang sudah siap panen. Apalagi padi, masih tak berisi. Sekedar ingin berbagi lewat catatan kecil ini dan tidak ada sedikit pun maksud untuk menggurui. :)

10 Maret pagi di sebuah masjid kecil yang tak lebih luas dari lapangan volly, saya mengikrarkan diri meminang wanita yang sangat saya harapkan menemani sisa usia ini. Sungguh sangat haru ketika itu. Tak ada satu pun pengeras suara, tak ada hingar bingar pesta, tak ada tenda peneduh berhias bunga, bahkan kursi-kursi yang biasa disewa untuk acara sejenis lainnya. Sangat sederhana.

Namun sungguh saya merasa sangat beruntung ketika itu, panjatan doa disertai tetesan air mata sahabat dan sanak keluarga di penjuru ruangan, telah mengantarkan prosesi suci. Semoga Allah slalu memberkahi hingga akhir hayat nanti.

Dan satu hal yang membekas tegas disadari ketika itu bahwa, pernikahan bukan hanya proses halalnya laki-laki dan perempuan, namun pernikahan adalah proses penyerahan tanggung jawab orang tua perempuan kepada laki-laki. Pertanggungjawaban yang pasti ditagih di akhirat nanti.

67 hari, penyesuaian diri yang tak selalu mudah dijalani. Perbedaan dan permasalahan adalah layaknya sebuah badai. Dan kami yakin bahwa setiap badai akan mengeratkan pelukan ini. Bahwa setiap kami berlomba untuk saling menyayangi, maka Allah akan slalu lebih menyayangi kami.

67 hari, pelukan kami smakin kokoh mengakar di hati. Tidak karena badai. Tapi jabang bayi darah daging kami yang telah menyusup ke rahim istri slama 5 sampai 6 minggu ini. Tidak ada lagi; aku; kamu; dan dia. Yang ada hanyalah kami. Saat ini dan selamanya, Insyaallah. :)

67 hari, smakin meyakini bahwa Allah-lah maha pemberi rejeki. Tak dipungkiri di awal pernikahan bahkan pernah berhutang kepada sahabat kami. Alhamdulillah ada saja rejeki yang kadang tak diduga. Kami yakin hanya perlu berusaha semampunya dan Allah-lah Sang Maha Kaya.

67 hari, saya bahagia sekali.. :)

Alhamdulillah..