Bapak Ibu, maaf bila surat ini tak tersampaikan...

Kepada ibu ku, yang memiliki ku sepanjang masa.

Kepada bapak ku, yang menjaga ku melebihi engkau jaga harga dirimu.


Ibu..bapak..

Aku sangat ingin membahagiakan mu, kebahagiaan yang tak akan mampu terukur dengan harta maupun tahta, bahkan untuk terungkap dengan kata-kata.

Namun anakmu ini hanya orang biasa..

Anakmu memang belum lulus kuliah dan akan menghadapi ujian kelulusan dalam waktu dekat.

Tapi aku pun tak tau, apakah Allah akan mencabut nyawaku dalam waktu yang lebih dekat.

Aku pun belum bekerja dan baru mampu meringankan biaya kuliah darimu dengan jerih keringatku yang hasilnya tak seberapa.

Dan tak ada jaminan pula bahwa setelah aku lulus kuliah akan mendapatkan pekerjaan yang bisa menghidupi ku.

Namun aku menjamin akan berusaha untuk mempunyai penghasilan yang mampu menghidupi ku dan keluarga ku.


Ibu..bapak..

Aku mohon restu, untuk ku pinang seorang perempuan.

Dia hanya perempuan biasa.

Yang nanti akan sangat ku cintai bila menjadi istri, melengkapi kekurangan ku dan mengendalikan kelebihanku.

Parasnya sangat biasa, tapi pemahamannya tentang berbakti pada suami sangat dia mengerti.

Setelah menikah nanti, aku pun menjamin akan hidup mandiri.

Walaupun awalnya hanya mengontrak rumah yang tak seberapa luasnya.

Tapi aku akan selalu berusaha agar istri dan anak-anakku nanti tak kehujanan, kedinginan dan kepanasan.


Ibu..bapak..

Aku ingin membahagiakan mu dengan memiliki istri yang berbakti dan menjadi bagian kebahagiaan ku pula.

Dengan usaha dan kerja keras ku untuk mendapat restu mu dan keberkahan Nya pula.


Bogor 2010

... Anakmu yang selalu berusaha untuk berbakti.

Leave a respond

Posting Komentar