Disaksikan bulan purnama di arah selatan sana.

Sambil menunggu keberangkatan bis Sinar Jaya Bogor-Purwokerto. Tak bermaksud nguping pembicaraan 2 orang wanita yang duduk tepat di baris kursi depanku, kuping ini tak kuasa menghalau kata-kata mereka yang masuk begitu saja.

Sepertinya 2 wanita itu baru saling kenal. Membicarakan tentang pascasarjana IPB yang sedang mereka tempuh.


Senang sekali mendengarnya. Bak burung yang berkicau indah, sahut-sahutan, mengepak-epakan sayap dengan setengah terbang. Rasa hati ingin mengikuti alunan kicauannya. Bahkan ingin terbang bersama kawanan itu. Ya. Rasa yang tergores dalam untain kata-kata ini tak bisa membohongi diri, aku sangat ingin studi lagi.


Tiba-tiba teringat pula pembicaraan hari kemarin dengan pak directur tempatku bekerja, sebut saja INS.


Beliau directur NGO Internasional untuk program di Indonesia, pernah menjadi dosen di IPB. Aku menyimpulkan bahwa berdasarkan pengalaman beliau yang telah banyak menghadapi seorang sarjana, master bahkan doktor skaligus melakoni sebagai praktisi, beliau menganggap kalau gelar bukanlah yang terpenting untuk mengabdi di alam ini. Yang terpenting dibutuhkan adalah smangat untuk terus belajar dan aksi nyata.


Yah. Skedar untaian kata yang terlintas di kepala. Pandangan dangkal seorang aku yang bukan seorang anak pejabat, konglomerat ataupun kturunan ningrat. Bukan keturunan orang berada yang mungkin akan sangat mudahnya untuk kuliah, master hingga doktor karena ada biaya. Bukan seorang yang telah cukup lama merasakan pahit manis dunia kerja.


Disaksikan bulan purnama di arah selatan sana, ingin mensugesti diri dengan berkata:

Aku ingin terus belajar dari berbagai hal, tak smata-mata mengejar gelar.

Aku ingin menjalani yang ada dengan sebaik-baiknya.


Itu saja.

Leave a respond

Posting Komentar