Aku hanya anak dusun cucu seorang kusir delman yang mempunyai mimpi tak terkalkulasi

Pagi dini yang sepi memberiku inspirasi sebuah kontemplasi.

Narasi masa lalu tentang seorang lugu, tentang cucu seorang kusir delman dari suatu dusun yang beranjak metropolis.

Mimpiku telah mengantar pada suatu masa dimana harapan nampak sangat nyata.

Mimpi yang tak hanya ajarkan melihat dunia ini 2 dimensi, tak datar.

Namun mimpi yang menjerumuskan pada kenikmatan menjalani sensasi dinamika kehidupan ini.

Ingatku pada suatu masa menjalani pahit manis hari-hari.

Walaupun lebih tegas terasa pahitnya namun lebih jelas antarkan pada mimpi-mimpi tak terkalkulasi.

Ingatku pada saat-saat kakekku mendendangkan 'gending-gending jawi' sambil membawaku berkeliling kota dengan delman reyotnya.

Sungguh bahagia masa itu, secara alamiah ajarkan aku tentang seni menikmati sari pati hidup, tentang seni perjalanan hati mengenal jati diri.

Aku menjadi seorang aku yang selalu berharap kaki ini mampu melangkah lebih jauh, mata ini mampu menatap lebih lama&hati ini slalu mampu memahami untuk mengkaji arti.

Ya..aku hanya anak dusun cucu seorang kusir delman yang mempunyai mimpi tak terkalkulasi.


Bogor, 01 Juni 2009

Leave a respond

Posting Komentar