"Apa agendamu hari ini?"

Sedikit berbagi kisah sederhana tentang Si Bodoh. Tentang dirinya dan kebiasaan sahabatnya, penghuni kost yang baru beberapa minggu masuk kost panti jomblo tercinta.

Begini kisahnya..

Hampir tiap pagi kebiasaan penghuni panti jomblo adalah nongkrong di depan tivi menonton kabar berita sambil menikmati teh manis hangat sebagai penambah aroma akrab. Dan kebiasaan sahabat Si Bodoh, si penghuni baru itu adalah bertanya padanya dan teman-temannya dengan pertanyaan yang sama setiap paginya, yaitu 'Apa agendamu hari ini?' sambil dibumbui senyumnya yang nampak selalu ikhlas. Kebiasaan yang sederhana bukan? sangat sederhana.

Pada awalnya, pernah ada di pikiran Si Bodoh ketika dia bertanya seperti itu, 'Apaan sih?? Itu kan urusanku mau ngapain'. Atau seperti ini, 'Klo kamu tau agendaku emangnya mau bantu beresin?', dan pikiran-pikiran lain yang bernuansa datar-datar saja atau bahkan negatif.

Pada suatu hari, dia bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Dan kebetulan Si Bodoh memang tidak ada agenda apapun pada hari itu. Lebih tepatnya, mahasiswa setengah pengangguran yg masih harus menyelesaikan kelengkapan administrasi kelulusan dan menunggu wisuda.

'Apa agendamu hari ini Gil?'. Tanyanya dengan tersenyum sambil memakai sepatu dan sudah berpakaian rapi.

'Ehmm apa ya??'. Jawab Si Bodoh hanya seperti itu, kebingungan.

Kemudian dia beranjak dari tempat duduknya dan berkata, 'Berangkat dulu ya Gil..' sambil tak lupa senyum dan salamnya.

Dan seketika itu Si Bodoh merasa malu. Merasa seperti seseorang yang tak punya rencana masa depan yang jelas. Tertampar dengan sebuah pertanyaan tentang rencana sehari namun seperti meluluhkan harapan masa depan (agak lebay mode on.hehe). Namun tak dipungkiri, seketika itu dia pun berpikir. Sehingga menyadarkannya bahwa perhatian sederhana seorang sahabat dengan hanya bertanya, 'Apa agendamu hari ini?', adalah kalimat sederhana yang berefek luar biasa kalau kita menyadarinya.

Mungkin perencanaan agenda seseorang, bisa dikonstruksikan seperti seseorang yang ingin melakukan sebuah perjalanan.

Pertama haruslah memiliki tujuan, ingin kemana dia pergi. Setidaknya hal tersebut bisa dijadikan parameter keberhasilan capaian target. Tidak menjadi seseorang yang setiap harinya tak jelas mau ngapain sehingga pada akhir hari itu dia hanya bisa berkata, ‘Apa aja ya yang sudah kulakukan hari ini??’. Padahal aktivitasnya sibuk kesana-kemari.

Kedua adalah tahu arah jalan kemana dia pergi. Setidaknya hal tersebut tidak membuatnya nyasar ke tempat yang tak jelas rimbanya. Walaupun seseorang bisa bertanya jika tersesat di jalan, namun bukankah dalam urusan cita-cita dan target hidup seseorang, dialah yang paling bertanggung jawab atas pencapaiannya? Bukankah seorang yang dewasa adalah dia yang berani mengambil keputusan tentang hidupnya dan bertanggung jawab menerima konsekuensi atas pilihannya tersebut?

Ketiga adalah tahu kendaraan yang akan dipakai. Mana mungkin seseorang ingin pergi dari Bogor ke Jogjakarta dengan target waktu 3 jam kemudian dia memilih menggunakan bus, motor, atau bahkan becak. Pesawat kan tentunya? Begitu juga dalam hidup, ingin kemudahan masuk ke surga namun dia tak beramal dan menjalani hidupnya mengalir begitu saja, tak bisa kan?

Yaah, adakalanya kita dituntut lebih sistematis dalam membuat rencana mencapai suatu target. Dalam sebuah organisasi, sudah tak asing kita dengar tentang visi organisasi. Kemudian dituangkan dalam beberapa misi dan selanjutnya mengarahkan setiap agenda kegiatan untuk mewujudkan visi misi tersebut (seperti berjalan mundur atau besar dari yang kecil). Atau seperti negara kita, Indonesia. Memiliki pedoman UUD 45 dalam mengatur kehidupan bernegaranya. Kemudian tertuang dalam peraturan-peraturan lain hingga setiap implementasi kebijakan diarahkan untuk cita-cita UUD tersebut.

Begitu pula dalam hidup manusia, ada kalanya rencana hidup kita pun disusun secara sistematis. Bukan mengalir begitu saja seperti air. Pengguna filosofi ‘air mengalir’ bisa saja beruntung kalaulah air membawanya ke sungai yang jernih atau lautan yang indah. Namun bila air membawanya menuju comberan apakah itu beruntung? Bila hanya menjadi genangan air untuk sarang nyamuk dan penyakit apakah itu beruntung? rasanya tidak.

Sistematika perencanaan hidup seperti itu nampaknya paling banyak dianggap sebagai sistematika yang ideal. Misalnya rencana manusia yang disusun dari visinya yaitu masuk surga, khusnul khotimah, dst. Kemudian visi tersebut dituangkan dalam uraian misi, yaitu menjadi anak sholeh, menjadi suami sholeh dan memiliki istri sholehah (AMMIIIIIINNNN…hehe), bermanfaat untuk orang lain, dst. Dan seterusnya hingga tersusun rencana-rencana harian.

Suatu hal yang manusiawi ketika rencana yang telah tersusun tak berjalan sesuai rencana, namun semoga tetap berpedoman pada visi besar tujuan hidup kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi kemudahan atas berbagai rencana dan target yang direncanakan.

Mei 2010

Leave a respond

Posting Komentar