Sapardi Djoko Damono; Semoga karyamu abadi.

Sekedar ingin menuliskan tentang sosok sartrawan yang karya-karya beliau tiba-tiba menjadi sesuatu yang begitu dekat, hingga hatiku terpikat. Tiba-tiba menjadi sesuatu yang mengaliri seluruh tubuh, hingga darahku terpengaruh.

Pertama mengenal karya beliau baru beberapa bulan lalu, sekitar bulan oktober 2009. Awalnya terlintas kalimat di kepalaku tentang 'mencintai dengan sederhana'. Muncul dari keyakinan dan pemikiranku bahwa yang namanya cinta itu bukan sesuatu yang rumit, bukan sesuatu yang memusingkan bahkan bukan sesuatu yang menghancurkan. Cinta itu sederhana bahkan sangat sederhana hingga begitu mudah dirasakan manusia.

Kemudian, muncul ide untuk bertanya kepada 'mbah google' apakah kalimat itu sudah menjadi trademark seseorang. Tak disangka tak diduga, ternyata sosok manusia yang ditemukan 'mbah google' dari keyword 'mencintai dengan sederhana' ada 2 nama: Khalil gibran dan nama yang baru ku tahu, Sapardi Djoko Damono.

Makin penasaran ku dibuatnya.. Syair yang kutemukan kira-kira begini:


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.


Dalam pikiranku, tak mungkin seorang penyair mempunyai karya yang sama.

Khalil Gibran yang terkenal dalam sejarah sebagai sastrawan syair dan puisi terbesar setelah William Shakespeare dan Lao Tse mana mungkin memiliki karya yang sama dengan seorang sastrawan yang namanya indonesia banget, Sapardi djoko damono. Dalam hati, siapa yang plagiat?? Secara dekade eksistensi kedua penyair, mereka tidak dilahirkan pada dekade yang sama. Khalil gibran pada era kekhalifahan Turki (1883-1931) dari keluarga Kristen Maronite, sedangkan Sapardi djoko damono baru dilahirkan setelah khalil gibran meninggal yaitu tahun 1940 dari keluarga abdi dalem keraton surakarta.

Pada waktu itu cenderung menuduh dengan dasar sejarah kelahiran dan ketenarannya bahwa Sapardi djoko damono adalah plagiat puisi tentang mencintai dengan sederhana itu dari khalil gibran. Namun, aku malah semakin penasaran. Aku cari karya sapardi djoko damono yang lainya. Aku baca, rasakan, dan hayati puisi-puisinya, oh sungguh luar biasa. Hingga keyakinanku berbalik 180 derajat bahwa syair itu bukan karya khalil tapi sapardi djoko damono.

Belakangan kutahu beliau adalah guru besar Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Karyanya sangatlah khas, seperti sajak-sajak empat seuntai atau kwatrin yang pernah ada ketika jaman pujangga baru seperti chairil anwar. Karya-karyanya

juga banyak membahasakan kehidupan yaitu tentang Tuhan dan kematian. Karyanya tak hanya tentang puisi, tapi arti. Tak hanya tentang kata-kata indah, tapi menggugah. Musikalisasinya pun tak hanya tentang melodi tapi getarkan nadi. Karyanya layak disejajarkan dengan seorang khalil gibran hingga salah satu keindahan syair karyanya dianggap orang yang tak tahu adalah karya dari khalil gibran. Bahkan menurutku, karya-karyanya sangat bermutu, karena tak hanya tentang roman picisan melulu.


Untuk beliau, Sapardi djoko damono, yang berusia 70 tahun pada tanggal 20 bulan ini, semoga karyamu abadi dan slalu memberi arti..

(26 March 2010)


Pada Suatu Hari Nanti.


Pada suatu hari nanti

Jasadku tak akan ada lagi

Tapi dalam bait-bait sajak ini

Kau takkan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti

Suaraku tak terdengar lagi

Tapi di antara lirik-lirik sajak ini

Kau akan tetap ku siasati.

Pada suatu hari nanti

Impianku pun tak dikenal lagi

Namun di sela-sela huruf sajak ini

Kau takkan letih-letihnya kucari

Leave a respond

Posting Komentar