Pembelajaran Sosial (Social Lesson Learning) dalam Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Di Kawasan Pegunungan Dieng

RINGKASAN


RAGIL SATRIYO GUMILANG. Pembelajaran Sosial (Social Lesson Learning) dalam Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Di Kawasan Pegunungan Dieng (Kasus di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah). Dibimbing oleh BRAMASTO NUGROHO.

Kawasan Pegunungan Dieng sebagian besar wilayahnya diusahakan untuk kegiatan pertanian bernilai ekonomi tinggi terutama kentang. Penyebab kerusakan di daerah Pegunungan Dieng diakibatkan oleh daerah konservasi dan hutan produksi yang tidak cukup tertutup oleh area pepohonan dan pola pertanian yang tidak memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Dalam usaha rehabilitasi hutan dan lahan di daerah Pegunungan Dieng, masyarakat merupakan pelaku utama pengelolaan. Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan Perhutani (Pemerintah) dan LSM/Tim Kerja Pemulihan Dieng (TKPD) sebagai fasilitator kegiatan. Interaksi yang harmonis antara stakeholder menjadi prioritas agar ide dan nilai dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan dapat diintroduksi dan diterapkan oleh masyarakat.

Penelitian ini merupakan penelitian metode eksplanatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif (positifisme) dan kualitatif (fenomenologis). Gejala sosial yang menjadi fokus penelitian yaitu pola pengelolaan hutan dan lahan yang dipraktekkan oleh masyarakat baik sebelum maupun sesudah introduksi budidaya pertanian sayur-sayuran bernilai ekonomi tinggi bersamaan dengan pelaksanaan program rehabilitasi hutan dan lahan. Gejala sosial fokus penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan konsep pembelajaran sosial (Social lesson learning) menurut empat dimensi pembelajaran sosial Wollenberg et al. (2001), antara lain: pengambilan keputusan, inovasi dan pemecahan masalah, jalinan komunikasi dan pembentukan hubungan, serta pembangunan kapasitas dan pengembangan masyarakat.

Persepsi responden terhadap keberlanjutan kegiatan rehabilitasi dalam aspek teknis penanaman dan pemeliharaan pohon di dalam kawasan hutan dipandang lebih penting dari pada di lahan milik. Masyarakat memandang pohon yang ditanam di lahan milik akan mengganggu produktivitas lahan pertaniannya. Hampir semua responden menganggap bahwa gangguan dan tekanan terhadap lahan mereka bukan sesuatu yang penting. Masyarakat tetap mengelola lahan walaupun merasakan penurunan kualitas dan produktivitas lahannya. Hal ini dapat dipahami bahwa tingkat kebutuhan akan lahan di daerah Pegunungan Dieng sangat tinggi dengan kepentingan aspek ekonomi masyarakat yang tinggi pula. Masyarakat mulai menyadari bahwa pengembangan perencanaan partisipatif serta memperhatikan kaidah konservasi sangat penting bagi mereka.

Tim Kerja Pemulihan Dieng (staf program TKPD) berperan strategis dalam memfasilitasi berbagai kepentingan antar stakeholder. TKPD telah mengambil peran penyelenggara dalam berbagai pertemuan dan diplomasi. TKPD berperan sebagai penasehat sehingga mendorong para aktor untuk menginisiasi dan menjalankan kegiatan selanjutnya. Fasilitasi berpengaruh dalam proses pembelajaran sosial program rehabilitasi hutan dan lahan.

Kata kunci: Pembelajaran sosial, rehabilitasi, persepsi, fasilitasi, Dieng

Gumilang RS. 2010. Pembelajaran Sosial (Social Lesson Learning) dalam Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Di Kawasan Pegunungan Dieng (Kasus di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

download


Bagi pembaca yang tertarik bertukar pikiran tentang permasalah tersebut, kirim komentar atau alamat email pada kotak yang tersedia. Salam.

Leave a respond

Posting Komentar