Sekedar Mediasi

Skali lagi..
Otak di kepalaku pun tak pernah malu memikirkannya, untuk apa aku malu menuliskannya..

Kuanggap setiap moment bagiku adalah istimewa, berharga. Walaupun selalu saja ada yang menganggap bahwa itu bukan hal luar biasa bahkan gila. Terserah orang bicara, aku hanya ingin menikmati sensasi berbagi. Saling belajar dan memberi walaupun sekadar cerita narasi deskripsi. Skali lagi, ini hanya mediasi.
Secara manusiawi, setiap orang pasti mengalami proses internalisasi. Salah satu pendekatan dalam proses pengenalan kebudayaan (pribadi). Istilah dalam antropologi yang bisa diartikan sebagai suatu proses dalam diri pribadi dan lingkungannya yang mempengaruhi sikap dan tindakan. Begini, manusia terlahir dengan potensi bawaan: perasaan, hasrat, nafsu, emosi dan seterusnya. Sepanjang kehidupan (lahir sampai mati) manusia menanamkan hal-hal yang diperlukan dalam kehidupannya. Individu berusaha memenuhi hasrat dan motivasi dalam dirinya: beradaptasi, belajar dari alam, dan lingkungan sosial budayanya.
Aku tahu istilah ini bukan dari buku. Dari seorang dosen alumni UGM bidang filsafat dan sosiologi, Pak Yoto Widodo. Ketika itu aku dan sahabatku berdiskusi dengan beliau dalam sebuah perjalanan panjang menyeberangi lautan, perjalanan menuju kepulauan mentawi. Aku dan sahabatku memiliki hipotesis hasil pemikiran sendiri yang tak tahu apakah sudah teruji dan diakui. Kami berpendapat bahwa seperti apapun proses pembinaan dan sosialisasi selama perjalanan hidupnya, pada akhirnya akan kembali pada dasar-dasar pembinaan yang ditanamkan keluarganya. Apakah itu benar??
Pak Yoto menerangkan tentang internalisasi kira-kira seperti tersebut diatas. Aku mendapat suatu pemikiran bahwa hipotesis tadi tidak bisa di generalkan, tapi merupakan kecenderungan yang dominan. Sahabatku mempunyai analogi tersendiri dan menurutku sangat berhubungan. Dia pernah bertanya-tanya apakah Tuhan itu adil kepada makhluknya?ada seorang yang dilahirkan dalam keadaan Muslim, ada pula dalam keadaan Non-muslim, mengikuti agama nenek moyangnya. Apakah adil jika yang Non-muslim tidak menikmati Islam bahkan masuk nerakaNya? Dalam perjalanan hidupnya sahabatku menyimpulkan, keadilan ada pada potensi bawaan yang sama pada semua manusia: perasaan, hasrat, nafsu, emosi dan seterusnya. Dengan potensi itu, seseorang mempunyai peluang yang sama dalam menemukan kebenaran Tuhannya. Tak salah jika dalam Islam ayat Al-quran yang pertama turun adalah Iqro' (bacalah!). Dalam Islam, belajar dan terus menemukan kebenaran adalah wajib. Bahkan untuk menularkan kepada sesamanya.
Allah Maha Adil. Tinggal manusianya apakah mampu menggunakan potensi bawaannya sehingga tak lelah belajar dan memahami kebenaran Tuhannya bahkan menyampaikan kebenaran-kebenaran pada sesamanya. Internalisasi adalah proses belajar dan memahami sepanjang hidup hingga mati.

Semoga pengantar ini menjadi pondasi untukku memahami makna manusiawi yang hakiki. Melalui pemikiran dan tulisan-tulisanku ini, hanya sekedar mediasi. Aku hanya seorang bodoh yang terus mencari rahasia-rahasia tersembunyi. Kebenaran semata-mata milik Allah Azza wa Jalla.

Nb:
Thx to Allah, Pak yoto, dan kobul atas input di note ini. :)

Leave a respond

Posting Komentar